Motivasi Menulis

Ulasan: Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari



    Buku fenomenal karya Ahmad Tohari ini sangat fenomenal dari zaman ke zaman, meskipun pada masa orde baru buku ini menjadi salah satu buku yang dilarang untuk tersebar, karena konten di dalamnya yang menyinggung hal-hal yang berbau komunis. Masa orde baru memang masa yang paling keras dalam melawan komunisme. Buku Ronggeng Dukuh Paruk merupakan penyatuan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dinihari, dan Jantera Bianglala, dengan memasukkan kembali bagian-bagian yang tersensor selama 22 tahun lamanya. Ahmad Tohari berhasil menceritakan Dukuh Paruk menjadi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil, dan bersahaja bagi masyarakatnya. Jika saya ada di Banyumas saat membaca buku itu, mungkin saya akan merasakan dengan betul bagaimana Dukuh Paruk ini tenang dan bersahaja di balik bukit dan pesawahan di pinggir-pinggirnya. 

    Buku Ronggeng Dukuh paruk menceritakan tentang kisah masa kecil sampai dewasanya seorang ronggeng yang bernama Srintil. Dukuh Paruk terkenal sebagai pedukuhan yang didalamnya terdapat ronggeng, namun pada waktu itu ronggeng yang pertama telah meninggal dan hampir 12 tahun lamanya Dukuh Paruk menjadi pedukuhan yang sepi dan tak berkembang. Sehingga perlu menunggu selama itu untuk menemukan ronggeng baru, yakni Srintil. Seorang anak kecil cantik dan luwes ini sedari kecil memang senang dengan menari, bahkan oleh teman-teman masa kecilnya seringkali menjadi guyonan.

    Sejarah Dukuh Paruk adalah sejarah kelam tentang kebodohan dan kemiskinan, waktu itu hampir seluruh masyarakat Dukuh Paruk banyak yang meninggal karena memakan tempe bongkrek. Salah satunya adalah orang tua Srintil, mereka keracunan oleh tempe bongkrek yang mereka buat sendiri . Hal itu yang menyebabkan cerita kelam Dukuh Paruk selalu dihindari oleh masyarakatnya sendiri,karena di pedukuhan itu terdapat makam yang meraka agung-agungkan sebagai pusat alasan dari segala hal yang terjadi di sana, yakni makam Ki Secamanggala.

    Srintil yang mulai suka menari sejak kecil, sudah diamati oleh kakeknya, Sakarya, bahwa cucu perempuannya ini telah didatangi in dang ronggeng. Hingga akhirnya, Sakarya memberi tahu hal tersebut kepada dukun kampung disana, yakni Kartareja dan istrinya yang sudah ahli mengurus ronggeng. Mereka meyakini bahwa memang indang ronggeng telah ada dalam si kecil Srintil. Dan cerita tentang ronggeng Srintil pun dimulai dari sana. Dukuh Paruk yang dikenal sebagai pedukuhan kecil dan miskin selama bertahun-tahun kembali bergeliat untuk menampilkan pesona bahwa ronggeng yang mereka tunggu selama 12 tahun lamanya kembali datang, hal tersebut membuat pedukuhan lain bertanya-tanya.

    Sejak Srintil dikenal sebagai seorang ronggeng di Dukuh Paruk, hanya Rasus yang tidak suka dengan hal tersebut. Ia tak ingin teman kecilnya dimiliki oleh banyak orang, ia hanya ingin kembali bermain dengan Srintil yang dulu. Hingga kemuakan itu muncul dari berbagai ritual untuk menjadi seorang ronggeng, yakni salah satunya dengan buka kelambu, yakni proses melepaskan keperawanan seorang Srintil. Rasus sangat tidak menyukai hal tersebut. Sampai akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya Srintil dikenal sebagai ronggeng ke berbagai daerah, Rasus memilih untuk keluar dari Dukuh Paruk dan menjalani hidup di luar. Ia pun akhirnya berhasil menjadi salah satu tentara dengan berbagai perjuangan yang ia dasari dari dendam pada Dukuh Paruk yang merenggut Srintil dari dirinya.

    Dukuh Paruk yang terus bersolek diri dengan kecantikan Srintil yang semakin menjadi-jadi, namun kebodohan masih menjadi teman sejati bagi pedukuhan dibalik bukit itu. Mereka dapat dimanfaatkan oleh para rengrengan komunis untuk menjadi banteng bagi mereka dengan berbagai propaganda dan ajakan-ajakan yang memikat. Hingga satu persatu dari mereka mulai mengikuti partai tersebut, meski dengan ketidaktahuan mereka tentang apa yang mereka ikuti itu. Hal itu pun dilakukan oleh Srintil dan rombongannya. Mereka diberi berbagai peralatan pentas ronggeng oleh para petinggi komunis disana, hingga satu persatu rasa balas budi hadir diantara mereka untuk membalas jasa yang telah diberi kepada mereka. Seringkali Srintil meronggeng di pedukuhan-pedukuhan lain untuk memenuhi undangan dari partai komunis tersebut. Hingga akhirnya, sejarah kelam pada tahun 1965 pun terjadi dan tak terelakan hal itu dirasakan oleh Dukuh Paruk. Saat itu pedukuhan tersebut dikenal sebagai basis komunisme yang besar, hal itu menjadikan pedukuhan tersebut diserang oleh para tentara dan berbagai basis masyarakat lainnya. Akhirnya setiap rumah di pedukuhan itu dibakar habis, dan masyarakat di dalamnya diseret menuju penjara, tak terkecuali Srintil pun dibawa.

    Maka setelah pergolakan 1965 tersebut, kisah Rasus dan Srintil pun semakin hangat dalam buku. Rasus selalu mencari srintil ke berbagai tempat penjara, karena didasari karena ia telah damai dengan Dukuh Paruk yang telah merenggut teman kecilnya tersebut, dan juga atas kecintaan ia terhadap tanah airnya. Perlu perjuangan dan perjalanan panjang untuk Rasus menemukan kembali Srintil. Namun pada akhirnya dua sahabat kecil itu dapat dipertemukan kembali dengan keadaan Srintil yang gangguan jiwa. Hal itu membuat Rasus membenci Dukuh Paruk lebih kejam lagi, namun ia sadari bahwa dengan membenci pedukuhan kecil, melarat, dan bodoh itu tak akan mengubah apa-apa pada diri Srintil.

    Buku Ronggeng Dukuh Paruk ini, meskipun tidak menggambarkan banyak sejarah kelam negeri ini, namun kita dapat melihat bagaimana gentingnya tahun 1965. Dan Ahmad Tohari berhasil menuliskan salah satu pedukuhan kecil itu dengan sangat apik. Meskipun karya ini pernah diberhentikan peredarannya, namun tetap saja hingga saat ini buku karya Ahmad Tohari ini menjadi salah satu primadona karya sastra Indonesia yang melegenda dan memberi makna besar bagi para pembaca.

Labels: #review

Thanks for reading Ulasan: Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari. Please share...!

0 Komentar untuk "Ulasan: Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari"

Back To Top